Kondisi negara Indonesia yang berada di daerah cincin emas

Membuat intensitas terjadinya bencana alam seperti gempa bumi menjadi lumayan tinggi. Tidak hanya itu, jumlah wilayah rawan gempa juga cukup banyak. Hal itu yang membuat pemerintah harus selalu siap siaga dalam melakukan penanggulangan bencana alam.

Baca Juga: Sistem Prefabrikasi Mempermudah Penanggulangan Bencana

Salah satu bentuk penanganan utama yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu menyediakan rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang memadai guna untuk menangani korban secara cepat dan tepat.

Kekurangan Rumah Sakit Darurat dengan Bahan Bangunan Konvensional

Ketika terjadi suatu bencana maka pemerintah dan lembaga masyarakat akan segera menurunkan Tim SAR dan tim medis ke wilayah bencana. Tujuannya untuk menangani para korban baik yang terluka maupun yang meninggal dunia.

Meskipun tenaga medis sudah mencukupi. Namun, terkadang kurangnya fasilitas rumah sakit justru yang menjadi hambatan pada saat memberikan penanganan korban bencana. Padahal membuat bangunan rumah sakit yang telah ada secara cepat juga tidak memungkinkan. Ada beberapa kekurangan membangun rumah sakit dengan bahan bangunan konvensional, di antaranya adalah:

1. Waktu pengerjaan memakan waktu lama

Pembangunan rumah sakit darurat dengan bahan bangunan konvensional membutuhkan waktu pengerjaan yang lama dalam proses konstruksi secara keseluruhan. Dalam proses pembuatan dan pengeringan beton konvensional terpengaruh dengan cuaca. Belum lagi jika terjadi hujan, maka proses pembuatan beton akan terhambat.

Apabila pemerintah membangun rumah sakit darurat dengan bahan bangunan ini tentunya akan memakan waktu yang cukup lama. Akibatnya para korban bencana tidak bisa segera diatasi dan bisa mengancam keselamatan mereka.

2. Tenaga kerja lebih banyak

Kekurangan lain bangunan rumah sakit darurat dengan bahan konvensional yaitu membutuhkan tenaga lebih banyak dalam proses pembangunan. Karena dalam pembuatan beton konvensional dilakukan pada tempat konstruksi, sehingga membutuhkan tenaga yang banyak.

Hal ini berbeda dengan bangunan prefabrikasi yang proses pembuatan beton sudah dicetak di pabrik, sehingga tinggal melakukan pemasangan saja pada lokasi konstruksi sehingga proses pembangunannya menjadi lebih cepat.

3. Mutu dan kualitas tidak terukur

Karena proses pembuatan dan pemasangan beton yang dilakukan secara langsung ditempat konstruksi maka sulit dilakukan pemantauan untuk menjaga mutu dan kualitas beton. Sehingga sulit untuk mendapatkan kualitas beton yang standar.

Sedangkan dalam proses pembuatan beton prefabrikasi dilakukan dipabrik sehingga dapat dilakukan pengawasan dan perawatan secara maksimal. Mutu dan kualitas beton menjadi lebih terukur dan bisa memenuhi standar penggunaan.

4. Tidak menjamin faktor keamanan

Setelah terjadinya bencana seperti gempa bumi sering adanya gempa susulan, meskipun kejadiannya tidak terjadi seperti gempa yang pertama namun tetap saja memiliki resiko. Pembangunan rumah sakit darurat dengan bahan material konvensional tidak menjamin dan melindungi korban serta petugas medis dari risiko gempa susulan.

Itulah beberapa kekurangan membangun rumah sakit darurat dengan bahan bangunan konvensional. Pembangunan dengan bahan prefabrikasi sudah teruji dan tentu saja sangat membantu dalam pelaksanaan pembangunan rumah sakit darurat.

Baca Juga: Persiapan Pemerintah dalam Pembangunan Rumah Sakit Darurat

Memiliki rencana untuk menggunakan bahan prefabrikasi untuk bangunan? Rencanakan pembangunan Anda bersama Sanwa Prefabrikasi. Hubungi kami di sini.