Produksi rockwool terus berkembang dengan teknologi canggih yang menekankan efisiensi energi dan praktik berkelanjutan. Dari peleburan batu vulkanik hingga serat jadi, inovasi seperti electric melting dan penggunaan bahan daur ulang mengurangi emisi karbon hingga 38% pada 2034. Artikel ini membahas kemajuan terkini dalam proses produksi rockwool, manfaatnya bagi lingkungan, dan aplikasi di Indonesia serta global.

Proses Produksi Dasar dan Evolusi

Rockwool dibuat dari batu basalt yang dilebur pada 1.500°C, dipintal menjadi serat, lalu dicampur binder dan dibentuk. Inovasi modern meningkatkan efisiensi: metode centrifugal menghasilkan serat lebih halus dengan konsumsi energi 20% lebih rendah daripada pendulum tradisional. Produsen seperti ROCKWOOL Group mengintegrasikan fuel-flexible melting, memungkinkan beralih dari batu bara ke gas atau listrik.

Di Indonesia, PT Nichias Rockwool menerapkan teknologi peleburan ramah energi, menambah kapasitas 20.000 ton/tahun sambil menghemat sumber daya alam.

Penggunaan Energi Terbarukan dan Electric Melting

Salah satu terobosan adalah large-scale electric melting, menggantikan tungku fosil dengan listrik dari hydropower. Pabrik Flumroc Swiss beralih sepenuhnya ke listrik terbarukan pada 2024, memangkas emisi Scope 1 dan 2. Teknologi ini cocok untuk negara dengan grid rendah karbon, mengurangi CO₂ produksi hingga 50%.

ROCKWOOL Group mencapai 100% listrik terbarukan di operasionalnya, menurunkan emisi 38% dari baseline 2019.

Bahan Daur Ulang dan Circular Economy

Rockwool kini memanfaatkan 70–98% bahan daur ulang seperti slag furnace. Program Rockcycle mengumpul limbah konstruksi untuk diproses ulang, mencapai 95% daur ulang tanpa hilang kualitas. Kantong koleksi baru mengandung 30% recycled content, mengurangi trip pengangkutan.

American Rockwool menggunakan 60% recycled material + 40% batu lokal, menghasilkan produk 100% recyclable.

Baca juga: Inovasi Teknologi dalam Produksi Rumah Instan: Dari 3D Printing hingga Otomatisasi

Otomatisasi dan Efisiensi Proses

Robot 6-axis dan AI mengoptimalkan pemotongan serta QC, meningkatkan output 1.000 unit/bulan. Simulasi FEA memastikan serat seragam, menghemat energi 15%. Di China, lini produksi otomatis menghasilkan rockwool dengan limbah <5%.

Inovasi Khusus: WR-Tech dan CR-Tech

Teknologi WR-Tech (water repellency) dan CR-Tech (corrosion-resistant) diterapkan di lini baru Marshall County, AS, senilai USD 100 juta. Ini meningkatkan daya tahan rockwool di lingkungan lembap tanpa tambah bahan kimia.

Aplikasi dan Dampak di Indonesia

PT Rockwool Indonesia mengadopsi teknologi Jepang untuk diversifikasi produk, mendukung industri hijau. Ekspansi di Karawang menargetkan pasar domestik 17.500 ton/tahun, tumbuh 10–15%. Rockwool lokal digunakan di IKN untuk isolasi berkelanjutan.

Tantangan dan Masa Depan

Investasi awal tinggi, tapi ROI cepat melalui penghematan energi. ROCKWOOL menargetkan net-zero melalui SBTi, termasuk renovasi bangunan untuk hemat karbon.

Inovasi produksi rockwool—like electric melting, daur ulang tinggi, dan otomatisasi—menciptakan material efisien yang mendukung target NZE 2060. Di era perubahan iklim, rockwool bukan hanya isolasi, melainkan kontributor utama keberlanjutan konstruksi. Adopsi teknologi ini di Indonesia dapat memangkas emisi sektor bangunan hingga 17% pada 2025.

Memiliki rencana untuk menggunakan bahan prefabrikasi untuk bangunan? Rencanakan pembangunan Anda bersama Sanwaprefab. Hubungi kami sekarang.