Sandwich panel, sebagai material komposit berlapis, memberikan efisiensi konstruksi tinggi tetapi juga menimbulkan dampak lingkungan pada siklus hidupnya. Dari ekstraksi bahan baku hingga akhir masa pakai, sandwich panel memengaruhi emisi karbon, konsumsi energi, dan limbah. Artikel ini menganalisis dampak tersebut secara menyeluruh, beserta strategi mitigasi untuk mendukung konstruksi berkelanjutan.
Dampak pada Tahap Produksi
Produksi sandwich panel melibatkan material intensif energi. Skin baja galvanis memerlukan peleburan bijih besi pada 1.500 derajat Celsius, menghasilkan 1,8 ton CO₂ per ton baja. Inti PU atau PIR berasal dari petrokimia, dengan emisi 3–5 kg CO₂eq per kg foam. Proses foaming PU melepaskan blowing agent HFC yang memiliki GWP hingga 1.430 kali CO₂. Secara keseluruhan, embodied carbon sandwich panel standar mencapai 35–50 kg CO₂eq per m², lebih tinggi dari bata konvensional 25 kg CO₂eq per m².
Limbah produksi mencakup potongan skin 5–10 persen dan sisa foam yang sulit didaur ulang. Air limbah dari galvanisasi mengandung zinc dan asam sulfat jika tidak diolah. Konsumsi energi pabrik rata-rata 150–200 kWh per m² panel.
Dampak pada Tahap Penggunaan
Keunggulan sandwich panel terletak pada isolasi termal. Nilai U 0,2–0,4 W/m²K mengurangi kebutuhan pemanas/pendingin hingga 40 persen, menurunkan operational carbon 15–25 kg CO₂ per m² per tahun selama 30 tahun. Di cold storage, sandwich panel hemat listrik 300–500 kWh per m² per tahun. Namun, kebocoran freon dari kerusakan inti PU tetap menjadi risiko GWP tinggi.
Durabilitas sandwich panel mencapai 25–50 tahun, lebih panjang dari dinding GRC 15–20 tahun, sehingga mengurangi frekuensi renovasi dan limbah konstruksi.
Baca juga: Desain Inovatif Rumah Prefabrikasi: Menggabungkan Estetika dan Fungsionalitas
Dampak pada Akhir Masa Pakai
Pembongkaran sandwich panel menghasilkan limbah campuran sulit dipisah. Skin baja dapat didaur ulang 95 persen, tetapi inti PU/EPS sering berakhir di TPA, melepaskan metana saat terdegradasi. Rockwool lebih ramah karena 70 persen dari bahan daur ulang dan dapat direcycle kembali. Di Eropa, hanya 30 persen sandwich panel didaur ulang karena biaya separasi tinggi.
Transportasi panel dari pabrik ke lokasi menambah 2–5 kg CO₂ per m² per 100 km, tergantung truk diesel.
Strategi Mitigasi Dampak
Pilih sandwich panel dengan inti rockwool atau PIR low-GWP (blowing agent HFO, GWP <1). Produsen seperti Kingspan menggunakan 40 persen baja daur ulang, menurunkan embodied carbon 30 persen. Sertifikasi Cradle to Cradle (C2C) menjamin 100 persen material reusable.
Optimasi desain mengurangi potongan dengan software cut-optimization, limbah turun hingga 2 persen. Energi pabrik beralih ke solar rooftop, contoh pabrik di Jerman capai 60 persen renewable.
Program take-back dari produsen seperti ArcelorMittal mendaur ulang panel bekas menjadi skin baru. Di akhir hayat, thermal recycling PU menghasilkan energi setara 80 persen input produksi.
Perbandingan LCA (Life Cycle Assessment)
Studi ISO 14040 menunjukkan sandwich panel PU memiliki total carbon footprint 450 kg CO₂eq per m² selama 50 tahun, 40 persen lebih rendah dari dinding beton 750 kg CO₂eq berkat penghematan operasional. Rockwool panel bahkan lebih baik di 350 kg CO₂eq karena daur ulang mudah.
Dampak lingkungan sandwich panel signifikan pada produksi tetapi diimbangi penghematan energi selama penggunaan. Dengan material hijau, proses efisien, dan daur ulang terencana, sandwich panel mendukung net-zero building. Pemilihan varian rockwool atau PIR low-GWP, dikombinasikan sertifikasi EPD (Environmental Product Declaration), menjadikan sandwich panel pilihan berkelanjutan untuk masa depan konstruksi.
Memiliki rencana untuk menggunakan bahan prefabrikasi untuk bangunan? Rencanakan pembangunan Anda bersama Sanwaprefab. Hubungi kami sekarang.
